Politikus Senior Golkar Samakan Tren Elektabilitas Dedi Mulyadi dengan Jokowi saat Pilpres 2014

Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia merilis temuan yang mencengangkan publik, khususnya Partai Golkar. Pasalnya, elektabilitas Dedi Mulyadi unggul dibanding Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Hal ini mendapat sorotan dari senior Partai Golkar, Melchias Markus Mekeng.

Ia menilai hasil survei itu tidak mengejutkan karena Dedi Mulyadi memang aktif terjun ke masyarakat, dan intens melakukan publikasi di media sosial. Melchias Markus Mekeng pun meyakini elektabilitas Dedi Mulyadi akan terus meningkat. Alasannya, gaya komunikasi Dedi Mulyadi dinilai sangat bersimpati kepada rakyat.

Hal itu, disebut Mekeng sama persis dengan gaya Joko Widodo (Jokowi) di 2014 silam yang ingin menjadi calon Presiden RI. Untuk diketahui, Dedi Mulyadi lebih dipilih oleh responden menjadi Presiden RI ketimbang Ketua Umumnya Airlangga Hartarto. Hal itu berdasarkan temuan dari lembaga Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbarunya terkait dengan calon presiden (Capres).

Mekeng melihat, Dedi Mulyadi bisa saja dilirik oleh partai politik lain untuk diusung dalam Pilpres, karena memiliki modal elektabilitas yang cukup baik. "Dedi Mulyadi ini bisa dilirik oleh calon presiden lain yang kuat bisa jadi wapresnya. Dan itu tidak salah Dedi Mulyadi karena dia tidak membawa nama partai, dia menbawa nama pribadi dia," tandasnya.

Karena itu, Mekeng berpesan kepada ketua umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan juga tokoh tokoh lainnya untuk bisa berbenah diri menaikkan elektabilitasnya. Sebab dia meyakini Indikator Politik Indonesia adalah lembaga yang kredibel dan tidak bisa dibayar hanya karena pesanan tertentu. "Jadi orang orang di bawahnya Dedi enggak boleh kebakaran jenggot karena ini realita dan saya yakin Burhanuddin Muhtadi tidak bisa dibayar dengan model model begitu," ujarnya.

"Kalau ada yang ingin jadi pemimpin dan masih di bawah (elektabilitasnya Red) ya berubahlah gayanya, supaya bisa menguber menjadi yang di atas. Semuanya termasuk Pak Airlangga, karena ini fakta," tambahnya. Anggota Komisi XI DPR ini juga berharap agar Airlangga lebih bisa turun menyapa masyarakat. Karena dengan begitu masyarakat akan mengetahui dan simpati. Sehingga elektabilitas Airlangga bisa ikut terangkat.

"Kalau kader tentunya akan melakukan sosialisasi, tapi yang berangkutan (Airlangga Hartarto Red) juga harus sosialisasi, harus turun ke rakyat, harus menyapa rakyat. Kalau mau jadi Presiden harus capek, enggak bisa hanya main di media sosial di ibu kota terus seolah olah rakyat tahu. Enggak semua rakyat yang di bawah misalnya petani tahu. Ya harus turun," pungkasnya. Kader Partai Golkar Dedi Mulyadi angkat bicara, terkait elektabilitas dirinya yang masuk dalam survei terbaru Indikator Politik Indonesia tentangTop of MindPilihan Presiden. Dari temuan tersebut Dedi Mulyadi lebih dipilih oleh responden menjadi Presiden RI ketimbang Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Dedi Mulyadi mengaku tidak memikirkan hasil survei tersebut. Baginya saat ini yang terpenting adalah bekerja dengan baik sebagai wakil rakyat. “Saya mah mikirnya hanya kerja sebagai anggota DPR,” ujar Dedi kepada wartawan, Selasa (11/1/2021).

Bagi, Wakil Ketua Komisi IV DPR ini menjadi wakil rakyat saja dirinya sudah bersyukur. Sehingga Dedi mengaku akan menjalankan tugas sebagai anggota dewan dengan sebaik baiknya. “Segini saja sudah uyuhan (masih untung Red),” katanya.

Adapun temuan Survei Indikator Politik Indonesia memaparkan ‘Top Of Mind Pilihan Presiden’. Di survei tersebut Indikator mengajukan pertanyaan siapa yang dipilih oleh masyarakat menjadi Presiden RI jika Pilpres dipilih saat ini. Diektahui, hasil survei Indikator mengungkapkan, elektabilitas Dedi mencapai 1 persen, sedangkan Airlangga 0,1 persen saat responden ditanya secara spontan soal pilihan presidennya tanpa ada opsi nama (top of mind).

Nama Dedi tidak pernah masuk bursa calon presiden (capres) sebelumnya. Rendahnya tingkat keterpilihan Airlangga tersebut juga tecermin dari pertanyaan lain soal capres dalam simulasi 33 dan 19 nama semi terbuka pada survei yang sama. Secara berturut turut meraih 0,2 persen dan 0,9 persen.

Riset Indikator ini dilaksanakan pada 6 11 Desember 2021 dengan melibatkan 2.020 responden yang memiliki hak suara di 34 provinsi se Indonesia. Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling yang terdisitribusi secara proporsional di seluruh provinsi. Toleransi kesalahan (margin of error/MoE) survei ini sekitar kurang lebih 2,9 persen. Adapun tingkat kepercayaannya (level of confidence) sebesar 95 persen.

Leave a Reply